MENUJU KOTA KEDIRI BEBAS STUNTING DENGAN STBM

MENUJU KOTA KEDIRI BEBAS STUNTING DENGAN STBM

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita. Prevalensi stunting ini telah mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya.

Adapun ciri-ciri stunting pada anak:

  • Petumbuhan melambat
  • Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya
  • Pertumbuhan gigi terlambat
  • Performa buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya
  • Anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata terhadap orang di sekitarnya

Penyebab stunting sangat komplek, mulai dari genetik, faktor perilaku lingkungan (sosial, ekonimi, budaya, politik) dan juga pelayanan kesehatan. Tiga hal yang diyakini sebagai upaya pencegahan stunting yang harus diperhatikan adalah pola makan, pola asuh, sanitasi dan air bersih

Program air bersih dan kesehatan lingkungan melalui pendekatan Saitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang dikukuhkan dengan permenkes nomor 3 tahun 2019 diyakini sebagai pendekatan yang efektif dan efisien terutama dalam perubahan perilaku masyarakat. Pendekatan ini cocok untuk diimplementasikan pada penanggulangan stunting khususnya pada aspek-aspek perubahan perilaku yang berkaitan dengan praktek nutrisi yang benar yang terjadi dalam individu maupun komunitas.

STBM sendiri awalnya terdiri dari 5 pilar:

  1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)
  2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
  3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan di rumah Tangga (PAMM-RT)
  4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PS-RT)
  5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT)

Dan setelah adanya permasalahan stunting maka bertambah 3 pilar lagi:

  1. Gizi ibu hamil
  2. Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)
  3. Pemantauan Pertumbuhan

Di Kota Kediri pada tahun 2022 masuk lokus stunting bukan karena kondisi yang  parah tetapi karena semua kab/kota menjadi lokus stunting sebagai kebijakan nasional. Tahun 2021 prevalensi stunting Kota Kediri 13.7%, di tahun 2022 menurun menjadi 13.2%, angka ini jauh dibawah angka nasional 24.4% pada tahun 2021 dan juga yang angka  yang dijadikan target penurunan pada tahun 2024 yaitu 14%.

Upaya penyiapan calon ibu berupa pemberian tablet Fe kepada remaja putri, pendampingan ibu hamil dan pemberian makanan tambahan kepada ibu hamil KEK, pemberian makanan tambahan kepada semua balita dan special  balita  beresiko sudah dilakukan, masih dan terus dilakukan. Dengan pencapaian Kota Kediri penghargaan STBM  AWARD Pilar Satu pada tahun 2019 maka bukan hal yang tidak mungkin pada tahun 2024 mendapatkan award pada pilar-pilar lainnya yang tinggal menunggu proses verifikasi dan  angka stunting akan jauh lebih baik dari angka nasional bahkan hampir nol persen.

Dengan kekuatan Pemerintah Kota Kediri yang terus  melibatkan OPD terkait dan tenaga kesehatan didukung ribuan kader kesehatan yang ada  sejumlah 2 orang di setiap RT optimis permasalahan stunting akan segera teratasi. Hal yang perlu dilakukan  adalah koordinasi kesatuan gerak, peningkatan promosi kesehatan, upaya pemberdayaan masyarakat dan penggerakan pada masyarakat dengan berbagai kegiatan.

 

 

 

ARTIKEL BISA DI DOWNLOAD DI SINI ==>> Artikel STBM 

 

 IKUTI MEDIA SOSIAL KAMI